Bukan Puisi Tentangmu

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Apalagi tentangmu

 

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Karena aku telah bersalah kepadamu

 

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Karena sakit hatiku adalah egoku

 

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Karena tak ada kata yang mampu mewakili dirimu dalam hatiku

 

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Apalagi itu tentangmu

Hanya saja,,,

Aku benar-benar memikirkanmu dalam banyak waktuku

 

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi

Benar-benar tak ingin.

Yang ada dan tak tertulis adalah “aku merindukanmu”

“Menantimu sebanyak waktuku”

“Hingga aku tak tahu apa artinya waktu”

Itu bukan puisi

Hanya kerinduanku.

 

Untuk kesekian kalinya

Aku benar-benar tak ingin menulis puisi tentangmu

Karena dirimu ada dalam diriku

Selalu.

 

Pasuruan, 15 Juli 2019

Makhfud Syawaludin

Berebut Makna Toleransi

“Toleransi”
Menjadi kata yang tiba-tiba menakutkan
“Awas kebablasan toleransimu”
Begitulah komentar teman kecilku
Dalam status WhatsApp ku berfoto di Gereja
Menakutkan bukan ketakutannya?

“Toleransi”
Juga tiba-tiba menyempit menjadi toleransi antar umat beragama
Penghayat kepercayaan tak menemukan tempatnya
Karena dianggap bukan agama
Karena belum diakui sebagai agama oleh Negara
Benarkah persoalan keyakinan sebatas diakui atau tidak oleh Negara?
Andai itu benar…
Sedang kamu adalah bagian dari Agama yang tak diakui tersebut
Bagaimana perasaanmu?

“Toleransi”
Bahkan tiba-tiba dapat melahirkan dampak negatif
Karena toleransi
Orang bisa berpindah agamanya
Karena toleransi
Orang akan menganggap semua agama adalah sama
Andai itu benar…
Bukankah tidak ada paksaan dalam beragama?
Bukankah beragam agama tersebut sama-sama mengajarkan kebaikan?
Atau begini saja…
Bertoleransi saja ada dampak negatifnya
Apalagi tidak ada toleransi?

“Toleransi”
Begitukah maknanya?
Atau kita salah memahaminya?

Bukankah Gus Dur pernah berkata
“Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin tinggi rasa toleransinya.”

Pasuruan, 07 Desember 2018
Makhfud Syawaludin

 

Pembacaan Puisi “Berebut Makna Toleransi” oleh M. Ainul Yaqin, Perayaan Natal GBIS 2018

Pernah dibaca dalam Kegiatan Perayaan Natal GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) Pandaan Pasuruan, 16 Desember 2018

Pernah dimuat di http://www.kabarpas.com/2018/12/09/berebut-makna-toleransi/

Kepadamu Cinta, Aku Pasrah

Cinta…

Ketakutanku semakin ada dan nyata

Bukan karena aku memaksa

Bukan juga mendahului Sang Pencipta

Perasaanku tetaplah sama

Aku tetap percaya

Aku telah jatuh cinta dengan sebenar-benarnya

 

Cinta…

Sebenar-benarnya aku tak hanya berharap Engkau merasakan apa yang kurasakan

Kuingin Engkau merasakan kebahagiaan yang aku rasakan

Bahagia karena bersama

Bersamamu bagiku

Bersamaku bagimu

 

Cinta…

Kejujuranmu membuatku semakin yaqin

Aku harus yaqin

Akan tiba waktunya akan kupasangkan cincin ditanganmu

Adalah kenyataan yang harus kuperjuangkan

 

Cinta..

Seperti yang kukatakan diawal sajak ini

Aku tak akan memaksa

Aku pun tidak mendahului Sang Pencipta

Aku hanya percaya

Aku telah jatuh cinta

Dengan sebenar-benar Cinta

Aku hanya akan bertanya

Engkau memilih siapa?

Aku atau Aku

Aku atau Aku

Aku atau Aku

Aku….

Aku tak sanggup melanjutkannya…

Aku hanya bisa berpasrah setelah berusaha

Begitulah aku selesai berusaha & berdoa

Aamiin

 

Sukorejo, 13 September 2018/3 Muharram 1440

Makhfud Syawaludin

KEPADAMU CINTA

Cinta…

Kita memang tak pernah sekalipun benar-benar berjumpa

Kenyataannya…

Kita berdua sebenar-benarnya menjalin cinta

Andai itu hanya harapaku semata

Atau hanya perasaanku saja

Aku tetap percaya

Aku telah jatuh cinta dengan sebenar-benarnya

 

Cinta…

Sebenar-benarnya aku berharap Engkau merasakan apa yang kurasakan

Ketakutan

Kegelisahan

Hingga kebahagiaan

Saat menyapamu, membalas whatsapp mu, hingga kupasrahkan harapanku pada Tuhanku

Andai Engkau mau merasakan itu

Cukuplah hanya kebahagian untukmu

 

Cinta…

Ketika Engkau membalas perasaanku itu

Kurasakan kehadiran ketidakpantasan pada diriku

Menghantuiku

Membuatku terdiam dan menjadi ragu, tak seyaqin kala itu

Hanya karena niat meminangmulah yang menguatkanku

Selangkah lebih maju

Andai tiba waktunya kupasangkan cincin ditanganmu

Aku kan berusaha melawan ketakutanku untuk tak mampu membahagiakanmu

Bahwa karena kita telah bersatu

Apapun…

Tak akan melemahkanku

Karena aku telah yakin

Engkaulah cinta sebenar-sebenarnya dalam hatiku

Iya…

Kamu…

 

Sukorejo, 11 September 2018/2 Muharram 1440

Makhfud Syawaludin

Aku & Tuhan dalam Bulan Ramadhan

Tuhan
Terima Kasih
Telah Engkau beri kesempatan berulang-ulang
Dunia ini serasa hanya berdua
aku & Tuhan, dalam Bulan Ramadhan

Tuhan
Terima kasih
Aku yang Hina dan berlumur dosa
Engkau bersedia secara khusus memberikan balasan
Sekecil apapun balasannya
Atau bahkan tak terbalas
Aku tetap bersyukur & berbunga-bunga
Kembali merasakan Engkau menilaiku secara khusus
Dalam Berpuasa di Bulan Ramadhan

Tuhan
Maafkanlah
Bila puasaku masih saja hanya menahan lapar dan dahaga
Tak berbohong diterik siang
Memindahkan hawa nafsu dalam dinginnya malam
Namun tak bosan-bosannya meminta terkabulkannya doa-doa kebahagian
Sekaligus mendapatkan malam seribu bulan dalam Bulan Ramadhan

Tuhan
Hamba-Mu ini tak meminta Hidayah kecuali yang Kau berikan
Biarpun puasaku belum mencapai keikhlasan
Aku akan selalu berdoa
Berusaha sekuat kekuatan yang Engkau berikan
Agar Ramadhanku yang sekarang lebih baik dari masa silam

Tuhan
untuk yang terakhir aku mengulang permintaan
Pertemukan aku di masa-masa mendatang
Berpuasa dan Bermunajat di Bulan Ramadhan

Pasuruan, 28 Mei 2018
Makhfud Syawaludin

Antara Aku, Marah, & Cinta

 

Lelaki mana yang tak Marah!
Lelaki mana yang tak Marah!
Lelaki mana yang tak Marah!
Lelaki mana yang tak Marah?
Aku pun, Marah.

Aku sudah percaya
Sudah percaya.
Hingga aku tak percaya
Sungguh tak percaya…
Sungguh tak percaya…

Saat aku percaya karena tak percaya
Kau…
Injak-injak harga diriku
Kau…
Hancur leburkan hatiku
Kau…
Kau…
Kau…
Entahlah…
Percaya atau tak percaya
Kau tetaplah engkau
Sahabatku
Dan dikau tetaplah engkau
Pujaanku
Aku tetaplah Aku
Marah adalah Aku
Memaafkanpun adalah Aku
Engkau adalah Aku.
Aku adalah Dikau
Dikau… Kebingunganku…
Kebingunganku… Doaku…

Pasuruan, 21 Maret 2018
Makhfud Syawaludin

H2C (Harap-Harap Cemas)

 

Hampir tak ada yang berbeda

Dalam sajak-sajakku tentang Cinta

Engkaulah satu-satunya…

Selamanya…

Begitulah kira-kira.

 

Bahkan kutulis sajak ini pun

Sepertinya sama

 

Andai ada yang berbeda

Engkau tak tahu

Engkau telah menjadi satu-satunya

Semoga.

 

Sepertinya engkau mulai merasa

Kedekatanku tak seperti biasanya

Sepertinya…

Andai hanya sepertinya… Biarlah…

 

Andai aku tiba-tiba menyatakan cinta

Aku hanya terbayang Engkau menerimanya

Seandainya itu benar adanya

Tunggulah sebentar saja

Seandainya sebaliknya…

Seandainya…

Aku tak mau membayangkannya.

 

Andai aku tak juga menyatakan cinta

Mengertilah…

Aku ingin menjaga hingga waktunya

Terus berdoa

Hingga ditakdirkan Engkaulah

Sebenar-benar satu-satunya.

 

Andai sajak ini seperti sebuah janji

Sepertinya ini ku berdoa

Semoga engkau satu-satunya.

 

Andai ini seperti pernyataan cinta

Iya

Aku memang cinta

 

Sukorejo, 14 Jan 2018

Makhfud Syawaludin

Sebenar-Benar Cinta

Jujur aku selalu berkata
Aku cinta dengan cinta yang sebenarnya
Bersusah-susah
Berbahagia bersama
Setelah kita menikah

Memang berat dan aneh dizamannya
Zaman Milenial dengan beragam tipudaya
Tak meluangkan waktu bertatapmuka, dikira tak cinta
Tak mengajaknya berjalan-jalan bersama, dibilang sudah bertemu yang lainnya.
Setidaknya….
Aku sudah jujur tentang cinta dan cita-cita
Bersama mu sang penakluk rasa
Bahwa inilah cintaku dengan cinta yang sebenarnya
Kubuktikan dengan meminangnya
Menemaninya sampai batas usia

Begitulah cinta yang sebenarnya
Begitulah aku berdoa
Begitulah bukti aku memang cinta
Ya…
Cinta…

Bunder Sukorejo Pasuruan, 26 Nov 2017

Makhfud Syawaludin

Mengejar Cinta

 

Apabila perkataanku membuatmu marah

Itu karena kebingunganku mengatakan cinta

 

Apabila perhatianku membuatmu resah

Itu karena aku berusaha sekuat tenaga

 

Apabila usahaku tak menyentuh perasaanmu walaupun sedikit saja

Aku tak akan memaksamu untuk berkata sebaliknya

 

Aku hanya berkata

Jujurlah padaku saat berkata

Apapun jawabanmu aku akan mencoba memahaminya

 

Hanya saja…

Izin kan aku menunjukkan perasaan cinta yang terakhir kalinya

Karena apabila kau bersedia, kupinang kau sebagai buktinya

 

Pasuruan, 13/11/2017

Makhfud Syawaludin

Rohingya, Makna Cinta, Makna Marah

Rohingya

Manusia seperti Kita

Mempercayai Tuhan Yang Maha Esa

Celakanya…

Tak diakui kewarganegaraannya

 

Rohingya

Nyata adalah Manusia

Tak benar-benar menjadi manusia

Hidupnya teraniaya dan tak berdaya

Terusir dan diatas kata “sengsara”

 

Rohingya

Sebagai sesama manusia

Ingin sekali ku pinjam sumpah Ibu Malin Kundang

Jadilah Batu wahai kebencian

Tiba-Tiba kudengar seruan agama

Ini Bela Islam Jihad Di Jalan Tuhan

Serang Agama Budha dan Kepung Borobudur

Hingga bermacam-macam ekspresi kemarahan

Kebencian

Kebringasan

Kezholiman

Membara-bara

Agama makin menjauh dari kemanusiaan

Padahal “Agama jangan jauh dari Kemanusiaan” kata Gus Dur

 

Rohingya

Kuputuskan untuk berdoa

Sebab Para Kyai dan pemimpin negaraku sudah berusaha

Selesaikan lara dan duka

Untuk senyum manis Rohingya

 

Pasuruan, 6 September 2017

Makhfud Syawaludin

Penggerak KGSKR (Komunitas Gitu Saja Kok Repot) Jaringan GusDurian (JGD) Pasuruan